.jpg)
"Sesuai standar JAS, udon berbentuk bulat seperti pipa harus berdiameter di atas 1,7 mm, sedangkan udon berbentuk pipih harus memiliki lebar di atas 1,7 mm. Hiyamugi terlihat mirip dengan udon namun lebih langsing. Hiyamugi mempunyai diameter 1,2-1,7 mm dan ketebalan 1,0-2,0 mm. Selain disebut Hiyamugi, udon yang langsing juga disebut Hosoudon.
Tepung terigu berprotein sedang atau rendah diulen dengan air dan sedikit garam untuk membuat adonan udon. Setelah adonan dipotong-potong, udon bisa langsung direbus. Udon rebus biasanya dimakan bersama kuah yang dibuat dari dashi dengan tambahan kecap asin yang disebut tsuyu. Di Jepang bagian barat, kuah udon berwarna coklat muda hampir bening karena memakai kecap asin encer (usukuchi shōyu). Sedangkan di Jepang bagian timur, kuah udon berwarna gelap hampir hitam karena memakai kecap asin kental (koikuchi shōyu).
Di Jepang, udon merupakan makanan rakyat, berharga murah dan banyak dimakan sebagai pengganti nasi. Orang Jepang sejak dulu sudah akrab dengan udon dan sering dimakan beramai-ramai sewaktu ada keramaian atau perayaan. Variasi cara memasak dan jenis lauk yang digunakan berbeda-beda bergantung pada daerahnya di Jepang"
Balik lagi ke cerita aku..Jam 12 siang kita berangkat ari kosku di babarsari..(ingat ya!!), mulai perjalanan ke arah utara babarsari menuju ke ring road utara. Kalo lewat kota agak macet dan mungkin bisa memakan waktu sampe 1/2 jam atau lebih untuk sampai ke Jamal (jalan magelang). Cuaca waktu itu cerah berawan, dan matahari sedang bersinar sangat terik (halah dah kayak puisi aja..). Awalnya perjalanan lancar aja, sampai satu saat kita merasakan tetesan air yg tiba-tiba jatuh (ni kejaidannya setelah ring road jakal). Terus kita terobos aja dengan pikiran ini cuma air lewat doank. Ternyata, tetesannya makin banyak padahal cuaca masih cerah bersinar. Akhirnya aku suruh Iyan berhenti dan pasang mantel aja (mengingat perjalanan belum separuh). Bener aja, pas Iyan udah pake mantel hujan pun turun dengan derasnya sampai-sampai jalan pun gak kelihatan saking lebatnya hujan.
Gila, padahal cuaca tadinya panas terik sampe aku keringetan di balik jumperku. Koq bisa-bisanya turn hujan deras kayak badai. Padahal perutku sudah sangat kelaparan. Makanya kami nekat ajah menerobos hujan yang sudah seperti badai salju itu dengan harapan gak bakal lama hujannya. Ternyata sodara-sodara, itu hujan gak mau berhenti dan semakin deras aja. Kalo seandainya perut belum meronta ingin rasanya menepi sejenak berteduh dulu. Dengan kecepatan yang seperti siput (jalan banjir plus jarak pandang sangat pendek) akhirnya kita sampe juga di Kiko Bento dengan keadaan yg basah kuyup. Nasib...demi semangkuk udon rela banget aku menembus hujan badai..ck..ck..ck..Bener-bener perjuangan ni sodara-sodara. Makanya begitu udonnya datang aku sikat sampai habis...Gila..enak bener dah...
1 comment:
sama dong, setelah nonton Udon, saya juga amat tertarik u/ nyoba in, berarti tuh film berhasil ya...hehehehee
Post a Comment